AL-QOUL AL-QODIM Vs AL-QOUL AL-JADID

Pada dasarnya setiap masalah atau kasus hukum pastilah Imam Syafi’i RA mempunyai dua pendapat :

a. Al- qoul Al-qodim yaitu : Pendapat Beliau sebelum meninggalkan kota Bagdad.

b. Al-qoul Al- jadid yaitu   : Pendapat Beliau setelah menetap di Mesir

Bila berbeda pendapat Imam Syafi’i RA antara Al- qoul Al- qodim dengan Al- qoul Al- jadid, maka pendapat Beliau yang Ashoh (kuat) adalah Al- qoul Al- jadid, kecuali pada beberapa masalah, maka yang Ashoh adalah Al- qoul Al- qodim, seperti yang tertera di bawah ini :

1. Tidak wajib menghindari najis pada Air yang banyak ( Air yang cukup atau lebih dari dua qullah)

2. Air mengalir (Sedikit apalagi banyak) tidak bernajis selama tidak berobah warna, rasa dan bau.

3. Bersentuh dengan mahrom tidak batal wudu’.

4. Haram memakan kulit yang di samak.

5. Di sunatkan mengumandangkan As Sholatu khoirun min an-naum pada waktu azan subuh.

6. Waktu magrib berkesinambungan sampai lenyap mega atau senja merah.

7. Di anjurkan mengerjakan sholat isya pada awal waktu.

8. Tidak di sunatkan membaca surat pada rakaat yang ketiga, atau ke empat pada sholat yang tiga atau empat rakaatnya.

9. Di anjurkan ma’mum membaca “Amin” dengan keras bersama Imam pada Sholat Zahar (Nyaring).

10. Bagi yang sholat tanpa satir (Pembatas), tongkat atau sajadah, di sunatkan membuat garis di depannya.

11. Seseorang boleh berniat mengikut Imam pada Sholat berjama’ah, tidak mesti di awal sholat.

12. Makruh memotong kuku orang yang sudah meninggal.

13. Zakat Rikaz (Harta Galian) tidak di syaratkan haul.

14. Wali (keluarga dari orang meninggal) boleh mengqhodho puasa orang yang wafat tersebut.

15. Boleh tahallul dari ihrom Haji atau Umroh di sebabkan sakit.

16. Seseorang boleh memaksa teman kongsinya membuat dinding di saat keduanya membangun sebuah rumah.

17. Mahar istri yang belum di serahkan suami, kalau hilang atau rusak, suami berkewajiban menggantinya.

18. Wajib di had (Di hukum) seseorang yang menyetubuhi hambanya, bila hamba tersebut dalam status mahromnya.

19. Istinja dengan batu boleh, walaupun najis yang keluar sudah melampaui batas tempat keluar yang wajar.

Ditulis Oleh

H. MAHMUDIN PASARIBU

Satu Tanggapan

  1. Assalamu’alaikum ww……..
    iseng2 saya buka Google search / musthafawiyah, ujung2nya saya ketemu website ini, saya sangat gembira, saya lulusan Musthafawiyah thn 1992 Bpk Mahmuddin Pasaribu merupakan guru / ulama paporit saya, ulasan2 tentang hukum yang jadi perdebatan / khilafiyah, dan persoalan2 hukum yang baru di bahas di website ini semoga jadi pegangan dan sangat berguna bagi orang seperti saya yang kurang bersungguh2 belajar sewaktu di Musthafawiyah, keingin tahuan tentang hukum2 fiqh sedikit terobati.
    Terimakasih Wassalam…………

Tinggalkan komentar